SUKABUMI _ JA’E, atau yang lebih kita kenal di luaran yaitu dengan nama Kuda Lumping. Merupakan salah satu budaya Sunda. Yang saat ini keberadaan serta keberlangsungannya perlu di perhatikan pemerintah daerah maupun pusat.
Dimasa lalu beberapa puluh tahun kebelakang, memang Kuda Lumping lebih identik merupakan budaya khas dari Jawa. Akan tetapi sejalan waktu, saat ini bahkan Kuda Lumping atau JA’E sudah menjadi budaya orang Sunda, khususnya di wilayah PAJAMPANGAN Kabupaten Sukabumi, yang tetap eksis dibudayakan beberapa padepokan yang berada di wilayah PAJAMPANGAN khususnya..
JA’E, yang saat ini sering tampil di masyarakat PAJAMPANGAN khususnya, yang di tampilkan di acara syukuran Warga masyarakat, seperti di acara walimatul Khitanan, Pernikahan, Kenaikan Kelas dan lainnya. Ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap seni budaya tersebut sangat tinggi, baik dari kalangan bawah maupun atas seperti dikalangan pejabat pun acap kali menampilkan kebudayaan semacam itu saat gelar kegiatan.
Untuk menguak lebih jauh seputar Kuda Lumping tersebut, Awak Media www.onenewsoke.com/ pun langsung mendatangi kampung yang ada di Kedusunan Cikadal, yaitu Kampung Neglasari, Desa Mandrajaya Kecamatan Ciemas. Yang Kebetulan disana ada pentas seni JA’E atau Kuda Lumping yang undang Didih dan keluarga, salah satu warga, di acara hiburan khitanan anaknya.
Awak Media pun mencoba mengkonfirmasi perihal seni budaya itu, dari salah satu sesepuh Padepokan Cepet Amarta Pa Sujono (72). Dirinya pun menjelaskan,
“Padepokan Cepet Amarta ini, berjalan sejak tahun 2009. Namun keberadaannya sudah cukup lama. Dan saat ini beralamat di Desa Pengumbahan, Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi, yang dipimpin oleh Ade Sutriatman,”terang Sujono
Perjalan yang cukup lama, Lanjut Sujono,” Yang dimulai dari tahun 2009 hingga saat ini, padepokan tersebut masih eksis tampil di masyarakat, kami juga sudah tampil di TMII Jakarta, Studio Bandung dan tahun 2020 berencana tampil di Kabupaten Pangandaran. Akan tetapi terbentur dengan situasi Pandemi Covid-19 yang kemudian di pending untuk tampil disana,”bebernya.
Kemudian Sujono juga mengatakan,
“Ada sekitar 50 anggota di Pedopokan Cepet Amarta yang setiap tampilnya kita bawa ke lokasi. Dan saat kami melakukan kegiatan Kuda Lumping, atau yang biasa akrab disebut warga itu JA’E. Kami selalu menghadirkan sesepuh atau para leluhur kami saat kita melakukan pentas seni ini. Dan sampai saat ini, Alhamdulillah tidak pernah ada kejadian atau hal yang tidak kami harapkan semuanya. Baik dengan pemain JA”E ataupun terhadap penontonnya,”ungkap Sujono.
Dari informasi yang dihimpun Awak Media www.onenewsoke.com/, saat pentas, para pemain Kuda Lumping atau JA’E itu, suka makan makanan mentah, layaknya seekor Kuda. Terkadang juga minum darah ayam dan telor mentah. Kemudian air kelapa, rujak kelapa , pisang ,asem, kemangi. Kemudian minumannya seperti kopi pait, teh pait teh manis dan kopi manis juga.
Kemudian, ditempat yang sama www.onenewsoke.com/ pun mengkonfirmasi ketua Padepokan Cepet Amarta Ade Sutriatman,
“Perjalan yang cukup panjang Padepokan Cepet Amarta ini, berdiri sejak tahun 1958. Dan kita mulai eksis lagi dari tahun 2009 Alhamdulillah sampai sekarang. Berbagai pertunjukan kami pun sering tampil, di hajatan, pesta perkawinan, ulang tahun. Bahkan kami pernah juga tampil di Studio Bandung waktu itu dan di TMII ( taman mini Indonesia indah). Perlu diketahui juga, padepokan semacam ini, di wilayah kami khususnya di tiga Desa ada delapan padepokan. Namun Alhamdulillah kami yang sering tampil diluaran. Bahkan padepokan kami pun sudah diakui oleh UGG ( Unesco Global Geopark) dan kita juga sudah ada akta notarisnya. Bahkan kami juga suka bayar pajak,”terang Ade Sutriatman.
Ade Sutriatman juga berpesan, jika ada warga masyarakat yang mau mengundang Padepokan Cepet Amarta yang dirinya pimpin, bisa langsung datang saja ke lokasi yang telah dirinya Sampaikan saat wawancara dengan Awak Media www.onenewsoke.com/