ONENEWSOKE.COM
SUKABUMI, — Bencana banjir bandang yang telah memporak porandakan Cisolok, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Kini memasuki babak baru yang lebih pelik. Alih-alih menerima narasi klise tentang “siklus 15 tahunan” yang kerap dijadikan tameng oleh oknum birokrasi. Sabtu (08/11/2025).
Dilangsir dari Sukabumi Undercover yang telah beredar di tiktok, wakil Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi “Yudha Sukmagara” secara tajam menolak anggapan itu. Dirinya menyebut anggapan siklus itu sebagai “TAKHAYUL” yang sengaja disebar untuk mengalihkan perhatian dari akar masalah yang sesungguhnya. Kerusakan lingkungan sistematis akibat lemahnya pengawasan pemerintah.
Pernyataan Yudha ini jelas tamparan keras bagi rezim pengawasan di tingkat daerah maupun provinsi. la secara eksplisit menunjuk hidung aktivitas pembukaan lahan besar-besaran seluas lima hektare di wilayah hulu sebagai pemicu langsung bencana.
Ironisnya, aktivitas perusakan ini baru terhenti setelah mendapatkan desakan, namun dampaknya sudah terlanjur mematikan lima hari kemudian.
“Saya tidak percaya, takhayul itu. Ini bukan karena siklus 15 tahunan, tapi saya percaya pasti ada sebab dan akibat,” tegas Yudha.
“Kalau hutannya digunduli, air hujan turun deras dari atas jadi banjir bandang. Ini kan bukan luapan air laut, tapi air dari atas,”ungkap Yudha menambahkan.
Narasi alamiah seringkali digunakan untuk menutupi fakta bahwa izin-izin eksploitasi, baik legal maupun ilegal, telah diterbitkan atau dibiarkan tanpa pengawasan ketat.
Kerusakan masif dan eksploitasi lahan tanpa izin yang disebut Yudha adalah cermin kegagalan pemerintah daerah dalam menegakkan hukum dan menjaga mandat lingkungan hidup,”katanya.
Pihak yang bertanggung jawab, dari mulai pemberi izin hingga tim pengawas lapangan, patut dipertanyakan akuntabilitas atas kerugian material dan trauma psikologis yang kini ditanggung warga masyarakat.
Meskipun menyambut baik rencana DPRD yang akan berkordinasi dengan Polres Sukabumi, Polda Jabar, dan Pemprov Jawa Barat. Publik menuntut tindakan yang lebih konkret daripada sekadar janji.
Lanjut Yudha, “Warga lelah dengan jargon “kerja keras” dan “kerja cepat” jika pada akhirnya tidak ada satu pun pelaku eksploitasi yang diseret ke meja hijau. Janji untuk menelusuri indikasi eksploitasi lahan harus segera diterjemahkan menjadi penyidikan serius yang mengungkap siapa pemodal di balik pembukaan lahan tersebut bukan hanya menyalahkan operator lapangan,”beber Yudha
Lebih lanjut Yudha mengatakan, “Kapan DPRD akan mengumumkan nama-nama perusahaan atau individu yang terlibat dalam pembukaan lahan ilegal 5 hektare tersebut kepada publik, serta langkah hukum spesifik apa yang akan mereka dorong agar kasus ini tidak hanya pelaku eksploitasi yang diseret ke meja hijau.
Janji untuk “menelusuri indikasi eksploitasi lahan” harus segera diterjemahkan menjadi penyidikan serius yang mengungkap siapa pemain dibalik pembukaan lahan tersebut, bukan hanya menyalahkan operator lapangan,”cetusnya.
Masih dengan tegas dikatakan Yudha,”Bencana ini bukan sekadar insiden, tetapi kegagalan struktural yang dipertaruhkan antara kepentingan bisnis segelintir elite dan keselamatan ribuan nyawa rakyat di wilayah hilir
“Kapan DPRD akan mengumumkan nama-nama perusahaan atau individu yang terlibat dalam pembukaan lahan ilegal 5 hektare tersebut kepada publik? serta langkah hukum spesifik apa yang akan mereka dorong agar kasus ini tidak hanya berhenti di tingkat koordinasi,”tandasnya.
Sumber : SUKABUMI UNDERCOVER (sudah beredar di tiktok )









